Sumpah Pemuda, Riwayatmu Kini ......
Oleh. Kebijakan Publik KAMMI Daerah Jember
SUMPAH Pemuda, salah satu momen penting dalam perjuangan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya. Tanpa Sumpah Pemuda, maka semangat persatuan Bangsa Indonesia tidak akan pernah terwujud. Meskipun Sumpah Pemuda bukan merupakan upaya pertama kali Bangsa Indonesia untuk mempersatukan keberagamannya, tetapi Sumpah Pemuda tetap menjadi satu langkah penting Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Salah satu momen pergerakan pemersatu bangsa ini lahir tepat pada 28 Oktober 1928, yang berarti sudah sembilan puluh satu tahun usianya sekarang. Sungguh, proses Sumpah Pemuda tidak sekali jadi. Sumpah Pemuda adalah hasil dari dua kali pertemuan para pemuda Indonesia kala itu yang terlibat dalam Kongres Pemuda I (30 April 1926 - 2 Mei 1926, di Jakarta) dan Kongres Pemuda II (27 - 28 Oktober 1928, di Jakarta), yang pada akhirnya dalam Kongres Pemuda II terciptalah Sumpah Pemuda. Namun, semangat membara para pemuda Indonesia dalam Kongres Sumpah Pemuda I dan II kala itu juga ikut menua melalui perkembangan jaman, demikian semangat persatuan pemuda-pemudi Indonesia kala itu bergelora tidak sampai ke generasi berikutnya, terlebih untuk generasi milenial. Rasa-rasanya kini Sumpah Pemuda hanya dimaknai sebagai sejarah dan momentum saja tanpa ada pemaknaan didalamnya. Dan sekarang pertanyaan kritis muncul. Apakah semangat Sumpah Pemuda hanya akan tinggal kenangan dan menjadi cerita dongeng dikemudian hari bagi generasi bangsa?
Bagaimana para diri mengartikan peran pemuda untuk saat ini dan sebagai tantangan untuk pemuda diera selanjutnya? Bahwa benar, semua selalu ada motivasi yang bergejolak dalam jiwa dan selalu ada faktor pendukung yang memberi ruang untuk berkembang, bukan sekedar tafsiran datar tanpa volume atau berada pada sebuah rutinitas dan formalitas semata.
Kembali pada pertanyaan "Apakah semangat Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak sejarah persatuan Bangsa Indonesia akan punah di kemudian hari dan hanya akan menjadi dongeng bagi generasi bangsa Indonesia ke dalam pembicaraan?" Mungkin kita akan dengan mudah mengatakan bahwa “Semua ini berasal dari era globalisasi dan para generasi Milineal yang terus-menerus menggerus identitas bangsa, mengatur Bangsa Indonesia.” Lalu di balik itu semua ada faktor yang menyebabkan semangat Sumpah Pemuda menjadi redup.
Kita sering mengatakan era industri 4.0 dan era globalisasi adalah faktor utama dari meredupnya semangat Sumpah Pemuda, seakan-akan menyakahkan kondisi dan fase yang terus berjalan tanpa kita minta. Ada banyak faktor yang saling terkait dan saling memengaruhi satu sama lain sehingga membuat Sumpah Pemuda menjadi redup akhir-akhir ini.
Yang pertama, bisa karena bahasa minat para 'Indonesia Muda' akan mengikuti Sejarah kurang bahkan tidak ada. Saya memiliki anggapan tentang belajar sejarah tentang adalag belajar segala sesuatu dari masa lalu, salah satu peristiwa, dan dari peristiwa masa lalu akan mulai membentuk identitas suatu objek (dalam hal ini adalah Indonesia sebagai bangsa). Jika kita tidak dapat meminati pelajaran Sejarah, sejarah Indonesia, lantas bagaimana kita bisa tahu sejarah dan identitas bangsa kita? Ini berarti faktor dari dalam para pemuda itu sendiri. Terlebih dengan tidak adanya sistem atau lingkungan yang mendukung untuk mempelajari sejarah,maka dengan begitu lengkaplah sudah minat akan mempelajari sejarah.
Yang kedua adalah tidak mewakili kemauan untuk mencari atau menggunakan lantas memaknai semangat dari suatu tempat sejarah. Belajar Bahasa Inggris untuk Belajar Sejarah. Contohnya adalah kompilasi kita memperingati Sumpah Pemuda, maka kita akan mengikuti beberapa kegiatan yang berkaitan dengan Sumpah Pemuda sebagai wujud rasa hormat kita untuk memperingati lahirnya Sumpah Pemuda, yang saya pikir sebagai Simbol Pemuda mungkin Indonesia tidak akan bersatu seperti sekarang. Terkadang orang-orang banyak yang mengikuti kegiatan (melibatkan kegiatan untuk memperingati hari-hari besar nasional) sebagai 'kegiatan formal' belaka tanpa memaknai semangat yang terkandung dalam acara yang kita peringati tersebut.
Yang ketiga adalah berkurangnya tekad dan semangat para pemuda Indonesia untuk sebangsa, setanah air dan sebahasa satu. Hal ini muncul seiring dengan keinginan untuk belajar serta memaknai semangat tentang peristiwa sejarah. Di samping itu hal ini juga muncul karena sikap apatis para pemuda dan pemudi Indonesia terhadap kondisi bangsanya sendiri.
KESIMPULAN
Dari pengamatan yang saya lakukan, sungguh ironis memang sekarang ada di Indonesia. Dimana para pemudanya (sebagian besar) tidak memiliki kesadaran dan semangat untuk bersatu dalam kehidupan berbangsa seperti yang digemakan oleh para pendahulunya. Namun, kita juga tidak bisa menggeneralisasi semua orang Indonesia tidak memiliki semangat Sumpah Pemuda karena faktanya masih ada segelintir pemuda Indonesia yang ikut andil dalam menjaga semangat Sumpahh Pemuda yang sebenarnya. Saya percaya bahwa tidak sedikit anak-anak muda Indonesia yang memiliki semangat itu, sehingga Sumpah Pemuda pada akhirnya tidak menjadi dongeng 'menyenyakkan' untuk generasi penerus Bangsa Indonesia.
Kini melampaui Indonesia harus berbenah diri, terutama dalam dunia pendidikan. Karena dari dunia pendidikan lah generasi-generasi penerus bangsa terus-menerus dicetak. Apa yang perlu dibenahi dalam dunia pendidikan? Mulai dari Sistem dan Kebijakan Pendidikan yang mestinya menjadi perhatian khusus sebagai upaya merawat generasi berikutnya.
Kompleks dan sulit memang menantang kita berbicara tentang pembenahan diri dalam konteks berbangsa. Karena banyak faktor dan hal-hal yang saling terkait, yang perlu dipertimbangkan dan dipertimbangkan yang benar-benar matang untuk membuat kebijakan. Bagaimanapun, dengan membenahi pendidikan di Indonesia, juga tidak mungkin kita bisa membenahi perdebatan lunturnya semangat Sumpah Pemuda dalam kehidupan pemuda-pemuda Indonesia. Tetapi dengan baiknya sistem pendidikan tentunya akan menjaga dan merawat kembali semangat para pemuda. Karena pendidikan adalah dasar pembentukan individu, kelompok atau bahkan peradaban. (ant:261019)
Tidak ada komentar