Ruhul Jihad, Mengembalikan Semangat Aktivis Dakwah






Hidup ini adalah perjuangan dan perjuanganlah yang membuat kita hidup. Salah satu puncak ajaran islam adalah Jihad fi sabilillah. Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata : Sesungguhnya umat yang mengetahui bagaimana cara membuat kematian, dan mengetahui bagaimana cara meraih kematian yang mulia, Allah pasti memberikan kepada mereka kehidupan mulia di dunia dan kenikmatan yang kekal di akhirat.

Wahn (kelemahan) yang menghinakan kita tidak lain karena penyakit cinta dunia dan takut mati. Maka persiapkanlah jiwa kita untuk amal yang besar dan semangatlah menjemput kematian niscaya diberi kehidupan. Ketahuilah bahwa kematian adalah kepastian dan tidak datang kecuali satu kali. Jika kita menjadikannya di jalan Allah, maka hal itu merupakan keuntungan dunia dan ganjaran akhirat.

Adapun urutan yang paling bawah dari jihad adalah ingkar hati, dan yang paling tinggi perang mengangkat senjata di jalan Allah. Diantara itu ada jihad lisan, pena, tangan dan berkata benar di hadapan penguasa tiran.

Dakwah tidak akan hidup kecuali dengan jihad, seberapa tinggi kedudukan dakwah dan cakupannya yang luas, maka jihad merupakan jalan satu-satunya yang mengiringinya. Firman Allah, "Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad" (QS Al-Hajj 78).

Ruhul jihad tersebut dapat dijaga dengan menerima perintah kebaikan-kebaikan. Hal ini dapat dicontohkan misalanya jika diminta untuk mengisi kajian, mengisi mentoring dan sebagainya, maka kita harus "siap" bagaimanapun kondisinya. Selain itu juga dengan mengamalkan amalan yaumiyah, yaitu qiyamul lail, sholat shubuh berjamaah, al-ma'surat pagi dan petang, sholat dhuha, puasa sunah, tilawah, dan sholat lima waktu berjamaah. Jika empat amalan yaumi dari ketujuh amalan tersebut dapat dijalankan sebelum aktifitas sehari-hari maka akan mempermudah dan memperlancar aktifitas-aktifitas yang dilakukan. Dalam aktifitas dakwah, ketika liqo' atau halaqoh rutin maka keberkahan-keberkahan itu semakin besar.

Dan yang perlu diwaspadai adalah alasan-alasan kita untuk tidak menerima kebaikan-kebaikan yang ada. Hati-hati "kadang alasan syar'i untuk tidak mengikuti agenda dakwah seperti liqo' atau halaqoh misalnya bisa jadi Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjauhkan kita dari dakwah ini".

Dani Setiawan S.TP
Ketua Bidang Pembinaan Kader

Tidak ada komentar