Memahami Tauhid dan Tasawuf

Ditulis oleh: Nida'an Farhanin Imaniyah (AB2 KAMMI Jember)

Sumber gambar: https://sufimuda.net

Di era modern dengan canggihnya alat komunikasi, setiap manusia memiliki banyak sumber informasi, sehingga ini yang melatarbelakangi pemikiran manusia yang tak terbatas. Dengan demikian, manusia mampu menciptakan berbagai inovasi, termasuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mendorong manusia memahami makna ketuhanan dengan lebih luas. Walaupun hal ini juga berpotensi menimbulkan dampak positif maupun negatif.

Kondisi perubahan zaman, berpengaruh pada setiap insan  dalam kehidupan yang semakin hari semakin menua. Pemikiran setiap orang pada setiap zaman mengalami perubahan, yang mengakibatkan pemikiran yang berbeda sehingga cara berpikir manusia saat ini jauh berbeda dari manusia zaman terdahulu. Seperti memaknai tauhid dan tasawuf (sufisme).

Islam merupakan agama yang berisi pengetahuan berbagai aspek kehidupan, mulai dari aspek pendidikan, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Dengan demikian, agama Islam sendiri mampu memberikan perubahan atau dampak bagi umat Islam. Alquran dan hadis  adalah pedoman seorang muslim. Untuk itu sebagai seorang muslim-muslimah harus mengetahui isi kandungan ajarab Islam. Agama Islam sudah ada sejak awal Nabi Adam, beriringan dengan waktu dakwah tauhid terus berkembang dan menyebar luas, hingga sampai Nabi terakhir, Nabi  Muhammad saw., ajaran tauhid pun tetap sama.

Nabi  Muhammad saw. adalah suri teladan umat. Umat Islam akan terus mengikuti keteladan Rasulullah hingga akhir zaman. Mempelajari ilmu tauhid merupakan hal yang pokok dan keharusan bagi seorang muslim. Tauhid merupakan ajaran yang dibawa oleh semua Nabi, termasuk Nabi Muhammad saw.. Dakwah para Nabi tersebut adalah ajakan untuk beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Jadi tauhid adalah ajaran hanya untuk mengesakan Allah Swt. Maksud dari mengesakan Allah, yaitu menyakini, mengakui bahwa Tuhan hanya ada satu, Allah Swt. Tauhid sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid asma’wa shifat.  Pembagian itu mengacu pada ayat Alquran, QS. Maryam:65 yang berbunyi, Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?

Dengan itu, sudah menjadi keharusan untuk mendahulukan penanaman tauhid, bahkan penanaman tauhid ini bisa dilakukan sejak dini agar generasi tidak buta tentang tauhid. Sebagaimana ungkapan Ibnu Qayyim  dalam kitab Tuḥfat Al-Maudud bahwa  dilakukan azan dan iqamah di telinga bayi yang baru lahir mengandung harapan yang optimis agar mula-mula suara yang terdengar oleh telinga bayi adalah seruan ażan yang mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah serta syahadat yang menjadi syarat utama bagi seorang yang masuk Islam.

Kemudian, dalam makna sufisme atau tasawuf adalah suatu cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, serta memperoleh kebahagian yang abadi. Jadi orang sufi yaitu orang yang mendalami ilmu tasawuf, dalam bahasa tasawuf artinya ilmu yang mendalami ketakwaan kepada Allah Swt. Tauhid sebagai dasar akidah dalam mengesakan Allah, merupakan pondasi dalam membangun pendakian jiwa yang lebh tinggi untuk menggapai makrifat kepada-Nya. Oleh karena itu, diperlukan tasawuf untuk memperkuat keyakinan dan kepahaman terhadap ketuhanan guna penyucian hati atau batin.

 

Referensi:

Eka, Retno. 2017. Pengaruh Perkembangan Zaman terhadap Pola Pikir Masyarakat, (www kompasiana.com), diakses: 3 Juli 2020.

Ghulamalfaruqy. 2016. Pengertian Kalam dan Pembagiannya, (https://ghulamalfaruqy.wordpress.com), diakses: 3 Juli 2020.

Andi Eka Putra. 2012. TASAWUF, Ilmu Kalam dan Filsafat Islam (Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Ketiganya) . Jurnal Al-AdYaN Vol.VII, N0.2, (https://media.neliti.com), diakses: 3 Juli 2020.

Tidak ada komentar