Political Ladies School : Perempuan Melek Politik, Mengapa Tidak?



Bertempat di Rumah Kammi Darun Nikmah, acara Political Ladies School (PLS) yang digagas Bidang Perempuan Kammi Daerah Jember telah sukses terlaksana. “Dengan tema Perempuan dalam Politik, BP bermaksud untuk menyadarkan bahwa politik tidak hanya untuk kaum lelaki tetapi perempuan pun perlu mempelajarinya”, jelas Fatimah Kabid BP PD KAMMI Jember
PLS perdana pada hari Sabtu tanggal 24 Oktober 2015 ini, menghadirkan Ranie Yulie Rachmawaty, S.P  seorang aktivis pemberdayaan perempuan. wanita yang akrab dipanggil Mbak Rani, menjelaskan bahwa perempuan tidak hanya selalu berkutat masalah Sumur, Dapur, Kasur namun juga harus melek politik. Anggapan politik itu kotor juga tak selalu benar. Pasti ada pelaku politik yang melakukan cara bersih dalam berpolitik.

Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziah politik sendiri memiliki arti sebuah upaya mengantarkan manusia ke kehidupan yang lebih dekat dengan perbaikan dan jauh dari kerusakan. Menurut Hasan Al Banna politik adalah suatu bentuk pemikiran mengenai persoalan-persoalan internal maupun eksternal umat. Sedangkan menurut Islam Politik adalah membudayakan manusia dengan cara membimbingnya ke jalan keselamatan kehidupan dunia dan akhirat dengan menggunakan aturan-aturan Islam. Jadi bisa ditarik kesimpulan definisi politik adalah perbaikan manusia ke arah yang lebih baik dengan  aturan Islam. Dalam QS Annisa:124 yang artinya “Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walu sedikitpun”.

Munculnya UU Pemilu No.66 yang mencantumkan anjuran 30 persen bagi perempuan, maka banyak partai politik yang kini mencalonkan perempuan dalam jajaran caleg yang mereka usung. Namun sayangnya kebanyakan perempuan yang berkecimpung di politik ini merupakan kaum feminis maupun sayap kiri. Politikus muslimah seperti almarhumah bunda Yoyoh Yusro mungkin hanya 1 persen dalam parlemen kita. Ada pula sosok Ibu Tri Rismaharini yang akhir-akhir ini banyak diperbincangkan publik karena sepak terjangnya yang disiplin dan tegas dalam memimpin Surabaya. Dua orang sosok perempuan ini merupakan sosok yang berhasil dalam dunia politik. Negara ini masih membutuhkan banyak muslimah tangguh untuk membenahi negeri ini. Lalu apa yang menghalangimu untuk tidak berpartisipasi dalam politik?

Pada acara ini, BP juga menyebarkan angket kepada peserta PLS. Angket tersebut berisi pertanyaan: Apa kesan pertamamu terhadap politik? Apa yang membuat kamu suka dan tidak suka terhadap politik? Pentingkan politik bagimu? Hampir semua peserta PLS memiliki kesan buruk dengan politik dan tidak suka dengan politik. Namun pada pertanyaan ketiga mereka tersadar tentang arti penting politik. “Semoga keberadaan PLS ini mampu mencerahkan pemahaman muslimah terutama kader KAMMI di Jember”, harap Fatimah. (IMA/PD/12/15)

Tidak ada komentar